Senin, 27 Desember 2010

Andakah sang pemenang?

Anda sang pemenang? Ubaydillah, AN dalam makalahnya yang berjudul Menang - Kalah Dalam Hubungan menerangkan ada dua kemenangan, yakni kemenangan itu selalu nisbi dan relatif dan kemenangan diri.


Kemenangan yang selalu nisbi sebagai padanan atas kekalahan orang lain. Kenapa? Selain kerap didorong oleh hawa nafsu, kemenangan dengan mengalahkan orang lain itu akan memunculkan perlawanan. Ini karena tidak ada manusia yang mau dikalahkan. Karena itu, doktrin kesatriaan mengajarkan bahwa sampai pun kita harus menang melawan orang lain, hendaknya jangan sampai membuat harga diri orang lain jatuh.
Supaya kemenangan itu tidak relatif dan tidak nisbi, ajaran kearifan di dunia ini mengajak kita memahami kemenangan bukan seperti itu. Kemenangan itu jangan dipahami sebagai padanan atas kekalahan orang lain, terutama dalam praktek hubungan sehari-hari, melainkan kemenangan atas diri sendiri. Kemenangan atas diri itu adalah bentuk kemenangan yang kita raih dengan menguasai naluri bawaan untuk menang itu supaya tidak membuat kita kalah, nantinya.

Beberapa Ciri Kemenangan Diri

Pertama, menang atas diri itu berkonsentrasi pada upaya untuk memperjuangkan visi, merealisasikan tujuan jangka pendek atau jangka panjang, atau mengaktualisasikan potensi guna meraih prestasi.
Kedua, menang atas diri itu mempertahankan nilai-nilai yang kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatannya sudah tidak diperdebatkan lagi karena memang sudah mutlak.
Ketiga, menang atas diri itu menyelaraskan kepentingan pribadi, subyektivitas pribadi, atau egoisme hawa nafsu pribadi pada nilai-nilai, ajaran, atau akal sehat.

Keempat, menang atas diri itu menghindari cara-cara yang merugikan atau yang mencelakakan, baik untuk diri sendiri atau orang lain.

Kelima, menang atas diri itu mengambil dan mengeluarkan. Kita akan menang apabila berhasil mengambil pelajaran dari apapun yang menimpa kita untuk diolah menjadi benefit atau profit yang bisa kita keluarkan dari diri kita. Dengan cara ini berarti perbaikan demi perbaikan akan terus muncul.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa kemenangan-diri itu punya efek positif bukan semata pada wilayah hubungan intrapersonal, melainkan juga pada domain hubungan interpersonal. Efek positif itu bisa muncul entah dalam rangka untuk mengajak atau menghadapi orang lain sebagai lawan. Misalnya kita ingin mengajak pasangan kita (suami istri) untuk merayakan ulang tahun anak di rumah. Kalau yang kita munculkan itu selera pribadi, lebih-lebih egoisme pribadi, biasanya akan menghadapi perlawanan atau memunculkan selera tandingan

Read More..