Kamis, 18 Maret 2010

Cerita Pahit

Maafkan aku Aku ingin kembali
Jauh Dari dirimu Aku tak ada arti

Bisakah kau lupakan Salahku telah menyakitimu


Redup terasa cahaya mata hatiku
Hidup serasa melangkah Di atas kaca
Aku kini sadar
Bahwa kau sangat berarti Bagiku

Di saat aku memandang wajahmu
Tersayatlah hati Perihku menghadapi
Pahit cerita kisah cinta ini
Tanya ku mungkinkah kau kembali
Akupun menyadari Bahwa kau bukan

Read More..

Rabu, 17 Maret 2010

Budaya Ngrasani

Di sudut ruangan terlihat beberapa wanita sedang mengobrol
W;Eh tahu gak, si B dari dulu gak pernah brubah, masak ...
X; iya tuh,kenapa ya bisa gtu.ah jangan-jangan,....
Y; iya kali, tapi,....
Z; Ah bisa aja, tapai apa iya,.....

Terkadang secara tak sengaja tiba2 kita mendengar kutipan obrolan di atas, atau barangkali kita yang tak sengaja ngobrol kayak gitu. Nah itu yang dinamakan ngrasani. Apa sih ngrasani itu? menurut yang saya tahu ngasani itu sama halnya dengan Ghibah. Padahal ngrasani itu sangat berpotensi besar untuk mengarah ke Fitnah
Ghibah atau Ngrasani dibolehkan jika dengan tujuan untuk memberi peringatan bagi pihak yang memiliki kepentingan dengan pihak yang dighibah


Istilah ghibah pernah menjadi bahasan heboh. Bahkan masalah ghibah pernah mencuat dan menjadi pembahasan nasional tatkala dalam Munas Alim Ulama PBNU di Surabaya tahun 2006, PBNU memutuskan mengharamkan dan mengeluarkan fatwa haram terhadap tayangan infotainment, katanya Infotainment itu Ghibah.

Ghibah menurut bahasa adalah membicarakan orang lain tanpa sepengetahuannya baik isi pembicaraan itu disenanginya ataupun tidak disenanginya, kebaikan maupun keburukan. Secara definisi adalah seorang muslim membicarakan saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan maupun sindiran. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa nabi SAW pada suatu hari bersabda:

“Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata nabi SAW: Engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah meng-ghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.” {HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935]

Ghibah sebagaimana disebutkan Imam An Nawawi, adalah menyebutkan sesuatu dari seseorang mengenai hal yang ia benci (jika orang lain membicarakannya), baik mengenai kondisi fisik, tingkah laku, harta, keluarga, pakaian, atau lainnya. (Al Adzkar, hal. 541). Hukumnya dalah haram, menurut kesepakatan ulama, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar. [Al Futuhat, 6/376]

Akan tetapi, para ulama menilai bahwa ada beberapa keadaan dimana ghibah tidak dilarang. Yakni, jika dengan melakukannya kemaslahatan bakal tercapai, dan juga didasari dengan tujuan benar, serta tidak ada cara lain, kecuali dengan melakukan perbuatan itu.

Beberapa keadaan yang dibolehkan di dalamnya melakukan ghibah antara lain:

Melapor
Dibolehkan bagi pihak yang terdhalimi untuk melaporkan pihak yang mendhaliminya kepada penguasa atau wakilnya, yakni aparat, guna menghentikan perbuatan dhalimnya, dengan mengatakan,”si fulan mendhalimi saya” atau dengan ungkapan lain. Karena melaporkan kedhaliman, dibolehkan oleh syariat, maka kebolehan penyebutkan palaku kedzaliman tidak bisa dihindarkan.

Menghilangkan kemungkaran
Imam An Nawawi juga menyebutkan bahwa para ulama juga membolehkan ghibah jika bertujuan menghilangkan kemungkaran. Yakni dengan memberitahu keadaan pelaku kemungkaran kepada pihak yang mampu mencegah nya, misalnya dengan mengatakan, “Fulan melakukan demikian, maka cegahlah ia.”

Ini dibolehkan selama tujuannya menghilangkan kemungkaran, namun apabila ujuannya bukan itu, maka tetap dilarang.

Meminta fatwa
Dibolehkan juga melakukan ghibah, saat meminta fatwa jika masalahnya berhubungan langsung dengan yang dighibah, dengan mengatakan,”si fulan mendhalimi saya dengan ‘begini, begitu’ apakah ini dibolehkan?” Akan tetapi dalam hal ini.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) pernah dimintai fatwa oleh Hindun, dimana ia mengeluhkan bahwa Abu Sufyan adalah suami yang pelit, hingga ia bertanya, apakah boleh mengambil sebagian dari hartanya? Sebagimana diriwatkan oleh Bukhari. Dan dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) tidak menegur Hindun.

Peringatan terhadap kaum Muslimin
Ghibah atau Ngrasani dibolehkan juga, dengan tujuan untuk memberi peringatan bagi pihak yang memiliki kepentingan dengan pihak yang dighibah. Misalkan, seorang laki-laki yang suka bermaksiat hendak mengkhitbah seorang wanita, maka tidak mengapa bagi kita memberitahu kepada si wanita mengenai sifat-sifat buruk laki-laki itu, agar mengetahui siapa sejatinya laki-laki yang hendak mengkhitbahnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) sendiri pernah mengatakan kepada Fathimah binti Qaish mengenai kondisi Muawiyah, yang hendak menikahinya,”Adapun Muwaiyah, dia adalah seorang laki-laki faqir…” (Riwayat Muslim)

Terang-terangan bermaksiat
Mengghibah dilarang demi untuk menutupi aib, sedangkan mereka yang terang-terangan berbuat maksiat, telah membuka aib mereka sendiri di depan umum, sehingga para ulama membolehkan melakukan ghibah terhadap para pelaku maksiat terang-terangan, mengenai apa yang mereka perbuat secara terang-terangan. Adapun maksiat yang mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi, tetap maka tidak boleh dikabarkan kepada orang lain, kecuali karena sebab-sebab di atas.

Julukan
Jika seseorang dikenal dengan julukan yang sudah populer dan ia sendiri menerima julukan itu, seperti si buta, si pincang, si bisu atau yang lainnya, maka dibolehkan juga menceritakan kepada orang lain tentangnya dengan julukan itu.

Nah udah jelas kan apa hukum dari ngrasani itu,ini peringatan kepada siapapun terutama kaum wanita, ibu2 yang suka ngobrol. Emang sih tidak menutup kemungkinan pria juga bisa melakukan, tapi dari fakta yang ada sebagian besar para wanitalah yang suka ngrasani.Untuk itu anda2 yang membaca artikel ini sebaiknya waspadalah bahwa sesungguhnya menjaga lisan itu teramat sulit.
Sebagaian dikutip dari http://azzamudin.wordpress.com


Read More..

Terurai

Satu demi satu membawa rangkaian asa, tapi akankah asa itu terangkai dengan indah.
Hanya tangan yang lembut dan perasaan halus yang disertai ketulusan yang mampu mewujudkannya. Lantas apakah yang memiliki perasaan tidak halus tidak mampu, itu tidak juga. semua tergantung banyak hal.
Adakalanya seseorang tampak halus sikapnya , tapi ternyata tutur katanya menusuk. ada juga yang terlihat kasar sikapnya, tapi sebenarnya berhati lembut, bahkan untuk menginjak semutpun tak mampu.


Benarkah hidup yang sesungguhnya selalu berpatok pada sistem. Hidup yang seperti apa. Tapi sebelum mengulas panjang, sesungguhnya sistem itu apa. Yang saya tahu sih Sistem itu sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.Benda-benda yang dimaksud yakni 4 elemen diantaranya obyek, atribut, hubungan internal dan lingkungan. Ibarat sebuah rumah disitu ada penghuninya sebagai obyek,barang-barang perabotan sebagai atribut, hubungan internal antara penguni 1 dan lainnya dan lingkungan yakni tetangga. Berarti kompleks banget, ibaratnya kita hidup dalam bermasyarakat dimana tidak hanya ada kita,sebagai pemilik rumah tapi juga orang lain. Dimana norma2 tertata dengan baik dan dijalankan dengan baik. Dan jika itu terwujud, maka jelas tercapai keseimbangan.
Tapi terkadang keseimbangan itu sulit terwujud, selalu saja ada benturan2. Kira-kira itu kenapa ya. Menurut saya sih itu karena penghuni kurang mampu menyesuaikan dengan elemen 2 lain yang berada di dalam sistem. Jangankan dengan sistem lain, di dalam satu sistempun sering terjadi benturan. sesungguhnya penyesuaian itu sulit banget, bagaimana kita mampu menerima sedangkan memahami saja susah. Lantas apa yang diperlukan. Nah bagaimana kalo kita diskusikan bersama-sama? Suara anda saya tunggu, makasih banyak atas partisipasinya.

Read More..

Egois

Tanpa kita sadari, ada hal-hal didunia ini yang tak mampu kita pahami. Tapi itu mudah, yang penting kita harus belajar memahami diri kita sendiri, siapa kita, lalu kita belajar memahami orang lain. Dengan mampu memahami orang lain, kita akan ikhlas sehingga orang lain kemungkinan bisa memahami kita.


Lalu jika tidak,apa yang terjadi. Nah itulah tanda-tanda keegoisan. Egois yang terkadang hinggap pada diri manusia, manusia yang tak luput dari khilaf dan dosa.
Pribadi egois adalah pribadi yang melihat segala sesuatu dari kacamatanya. Dia tidak bisa memahami pikiran orang, perasaan orang, jadi selalu menuntut orang untuk mengikuti pendapatnya. Pribadi egois juga adalah pribadi yang mementingkan dirinya sendiri, dia tidak bisa mempertimbangkan kebutuhan orang, dia senantiasa mengedepankan kebutuhannya di atas kebutuhan orang. Itu sebabnya kita simpulkan bahwa pribadi yang egois adalah pribadi yang susah sekali untuk tulus, sebab ujung-ujungnya untuk kepentingannya sendiri.
Ya beginilah,hanya orang yang egois yang sulit menerima sifat egois orang lain, sebab pasti akan benturan. Jika anda tidak egois, maka anda bisa menerima kehadiran orang egois.
Selama hidup yang ingin saya tundukkan adalah sifat egois itu, sebab itu senantiasa muncul, tapi harus bisa ditekan dan dikontrol.
Tapi bener lho, jumlah orang egois lebih banyak dari yang tidak. Buktinya dunia ini tidak pernah damai, kisruh terus, ada aja yang diributin, tidak mau saling mengalah.
Percaya tidak, orang egois itu gampang dibohongin dan ditipu. Tanya saja pada para penipu, dia pasti akan memilih korban orang orang yang memiliki egoisme tinggi.
Saya pelajari dari beberapa kasus penipuan, pada awalnya korban terbujuk karena keegoisannya, ingin keuntungan besar, ingin kepentingannya sendiri yang di dahulukan, penuh pamrih untuk dirinya sendiri....
Orang egois itu orang yang patut dikasihani, dimengerti, dicintai, bukan dibenci....

Read More..

Selasa, 16 Maret 2010

Kamis, 04 Maret 2010

Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dimulai dari keluarga, terutama oleh ibu. Mengapa ibu, karena ibu memiliki waktu lebih lama dengan anak ketimbang ayah, karena perasaan ibu lebih halus ketimbang ayah, karena naluri hati seorang ibu lebih dari segala-galanya. Di dunia ini hampir tak ada yang sanggup menggantikan peran ibu. Peran ibu yang tak pernah tergantikan oleh hal apapun. Pengorbanan ibu takkan pernah digantikan oleh hal apapun. Sekuat-kuatnya pengaruh lingkungan sosial terhadap diri seorang anak, peran ibu tetap yang paling menentukan sejak awal. Karena itu karakter seorang anak akan lebih baik jika peran ibu diperankan dengan baik. It’s start from mother


Pendidikan karakter dimulai dari rumah, ibulah yang mengajari seorang anak belajar menerima kekalahan. Ibulah yang menanamkan nilai sportivitas dan bagaimana nilai-nilai itu dipahami anak. Karena ibulah yang dicari seorang anak saat mengalami berbagai persoalan dan kekalahan hidup. Lantas apa yang terjadi jika ibu yang dibutuhkan tak ada disisi seorang anak, maka anak akan mencari pelampiasan. Dengan demikian sosok ibu tak lagi membanggakan buat anak, peran ibu sudah tergantikan oleh yang lain.
Jika pendidikan keluarga kuat, lingkungan dan sosial akan memperkuat nilai-nilai yang sudah ada di dalam diri seseorang. Kegagalan terbentuknya karakter yang baik pada diri anak dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut.
Pendidikan keluarga sangat beragam, diantaranya ketauhidan, akhlaq dan tatakrama. Biasanya ketauhidan .....
Maka sudah sepantasnya kita kembalikan ketempatnya, dimana pendidikan karakter seseorang ditentukan oleh peran seorang ibu

Read More..